Friday, July 31, 2009

008. Bona Situmorang

Dr. Bona Situmorang lahir di Sumatra Utara dan meninggal di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2007. Biografi beliau disusun berdasarkan beberapa sumber di IAGI-net dan Royal Holloway, University of London.

RIWAYAT SINGKAT
1968 - Lulus dari Jurusan Geologi Universitas Gajah Mada - S1
1968-1978 - kerja di LIPI
1978-1982 - belajar di Chelsea College, University of London, lulus PhD / S3
1982-1991 - kerja di Lemigas sebagai kepala peneliti
1983 menjadi dosen senior Universitas Trisakti
1991-1995 - kerja di Lemigas sebagai kepada bagian penelitian dan pengembangan
1995-1998 - menjabat direktur teknik kemudian direktur eksekutif "Australian-Indonesian Joint Authority of Timor Gap"
1997 - menerima Satya Lencana Karya Satya dari pemerintah Indonesia.
1998 - menjadi peneliti utama, Universitas Trisakti
2001 - menjabat wakil dekan Fakultas Teknik Mineral, Universitas Trisakti

PENGALAMAN BERHARGA
Karya-karya almarhum seputar Selat Makassar yang dijadikan disertasi almarhum pada tahun 1982 merupakan pemikiran yang 'mendahului zaman' yang pada tahun-tahun terakhir ini terbukti benar berdasarkan data survey dan pemikiran-pemikiran terbaru (Awang Satyana - IAGI-net).

Saya masih terngiang pesan beliau ketika IAGI mengadakan seminar khusus landas kontinen serta teritorial. Beliau sangat konsen tentang pentingnya pengetahuan kita landas kontinen Indonesia, karena itu salah satu data geopolitik terpenting untuk mempersatukan INDONESIA
yang memiliki kondisi geologis dan geografis berbeda dengan Negara manapun juga (Rovicky Dwi Putrohari – IAGI-net).

Bona was a research student at Chelsea College between 1978 and 1982 when I supervised his study of the "Formation and Evolution of the Makassar Basin", based on oil industry seismic surveys that, by today's standards, were limited in resolution and difficult to interpret (using coloured pencils on paper sections, of course). Bona produced a remarkably good interpretation of the evolution of the Makassar Basin and was able to estimate the amount of extension and thermal subsidence by using Dan McKenziie's now classic paper just published in EPSL (1978) on "Some remarks on the development of sedimentary basins". At that time the paper was virtually unknown, so I took Bona across to Cambridge to talk with Dan, who was delighted to find an example where his theory worked. Although later examples, such as the North Sea basin, became well known and Dan's work became widely used, Bona's was the first (Derek Blundell – Royal Holloway, University of London).

CERITA-CERITA LUCU
Sekitar tahun 1970, ketika mang Okim masih bekerja di Direktorat Geologi, ada kursus Remote Sensing yang diselenggarakan oleh US-AID / USGS. Pak Bona dan mang Okim ikut serta dalam kursus ini.
Dalam perjalanan dari Bandung ke Cilacap untuk praktek lapangan, rombongan bermalam di sebuah hotel kecil di Kota Kadipaten. Malam harinya usai makan malam, beberapa anggota rombongan main gapleh, di antaranya Pak Djuri, Pak Kastowo, Pak Atiek, Pak Eddy Kasimir, Pak Bona Situmorang, mang Okim, dll.
Seperti biasanya geologist, heureuy atau guyonan terlontar di sela-sela bunyi bantingan kartu gapleh/ domino. Di antara guyonon yang sering terlontar adalah panggilan untuk Pak Bona Situmorang yang dirubah menjadi Bona Situaksan (sisa danau Bandung yang sudah kering dan beralih fungsi jadi perumahan rawan banjir). Nama Batak lain yang sering disebut antara lain Panjaitan yang dirubah menjadi Pangaputan (di Sunda-kan).
Rupanya di meja sebelah kami main gapleh, ada seorang Batak yang tiba-tiba marah dan merasa terhina dengan panggilan Situaksan dan Pangaputan tersebut (mungkin marganya juga Situmorang atau Panjaitan). Orang tersebut ternyata seorang perwira dari Kodim Kadipaten. Demikian marahnya perwira tersebut sampai mengeluarkan pistol yang siap ditembakkan. Sementara keributan berlangsung dan Pak Bona berusaha menenangkan perwira tersebut, mang Okim dan beberapa rekan menyelinap pergi dan melapor ke Kantor Kodim Kadipaten untuk melaporkan kejadian. (sumber: Sudjatmiko – IAGI-net).

No comments:

Post a Comment