Saturday, July 18, 2009

006. Wikarno

RIWAYAT SINGKAT

a. Pengalaman Kerja di Instansi Pemerintah
1961 masuk Jawatan Geologi, kemudian 1969 diubah menjadi Direktorat Geologi (DG). DG dikembangkan menjadi 4 unit : Dit. Sumberdaya Mineral, Dit. Geologi Tata Lingkungan,Dit Vulkanologi dan Puslitbang Geologi dimana penulis bekerja sampai pensiun tahun l991
Sejak 1961 bekerja di Seksi Petrologi dan Mineralogi sebagai petrolog sambil menunggu hasil penilaian atas Laporan Pemetaan Doktoral dan 3 buah skripsi sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Geologi ITB. Diwisuda Maret l963.

Kegiatan yang pernah dilakukan
1963-1969 bekerja sebagai petrolog di Si. Petrologi dan Mineralogi, Jawatan Geologi
1969-1974 sebagai Kepala Seksi Petrologi dan Mineralogi DG
1974-l980 sebagai Kepala Bidang Analisa Laboratorium DG
1980-1990 sebagai Kepala Bidang Geologi Puslitbang Geologi
1990-1991 sebagai Kepala Bidang Publikasi dan Dokumentasi Puslitbang Geologi
1974-1990 merangkap sebagai Pemimpin Proyek Penelitian dan Pengembangan Kegiatan Geologi
b. Diperbantukan pada kegiatan eksplorasi bahan tambang kerja sama antara DG dengan pihak ke tiga
1963-1964 terlibat dalam Proyek Besi Baja Kalimantan untuk eksplorasi pasir di daerah Balikpapan Kaltim dan eksplorasi bijih besi di daerah Tanalang Kalsel.
1965 Peninjauan Umum Endapan Bijih Besi di daerah Sukadana Lampung.
1969-1970 diperbantukan pada P.T. INCO Indonesia untuk eksplorasi laterit nikel di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Daerah kegiatan di La Pao-Pao dan sekitarnya. Daerah La Sua-Sua dan sekitarnya, serta membuat lintasan-lintasan di sekitar danau Matano, Mahalona dan Towuti; dilanjutkan disekitar Teluk Kolono dan sekitar aliran Sungai Konaweha Sulawesi Tenggara.
1980-1990 mengelola Kerja sama Penyelidikan Geologi Kuarter Daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ahli Jepang yang berasal dari berbagai universitas di Jepang Tokyo University, Kyoto University , Osaka University dan Osaka National Museum disponsori oleh Japan International Cooperation Agency dan Pemerintah Indonesia. Dalam kerja sama ini Pemerintah Jepang memberikan hibah membangun Gedung Laboratorium Geologi Kuarter di Bandung
Latihan Kerja,Studi Banding dan Seminar di luar negeri dan dalam negeri
1966-1967 mengikuti latihan kerja di bidang petrologi dan mineralogy di Bundesanstalt Fur Bodenforshung di Hannover Jerman Barat termasuk latihan di bidang mineragrafi di Klaustal Universiteit.
1973 Latihan Kerja di bidang Geokronologi Metode Jejak Belah di US Geological Survey Colorado Amarika Serikat dan mengikuti Seminar Komunikasi di Michigan University.
1977 peninjauan ke berbagai universitas dan museum di Jepang
1975 mengikuti Seminar Geokronologi di Bangkok Thailand
1982 melakukan studi banding kegiatan penelitian di Korean Institute of Energy and Resources, Soul, Korea Selatan.
1984 mengikuti Seminar Tin Deposits di Nanning City, China
1988 meninjau pabrik pembuat alat pengasahan batuan Merk Logitech di Glasgow Inggris, mengikuti Seminar CCOP di Bandung, menyelenggarakan Seminar Geologi Kuarter dengan tema : bencana alam. Lingkungan hidup, “data base” dan tema lainnya, kerja sama Puslitbang Geologi dengan JICA

PENGALAMAN BERHARGA

a. Pada waktu melaksanakan kegiatan eksplorasi besi di daerah Tanalang Kalsel kegiatan perlu di kawal oleh satu peleton Brimob, karena situasi saat itu masih dianggap belum aman, karena gerombolan anak buah Ibnu Hajar di Kalimantan masih berkeliaran di hutan. Selama eksplorasi masih terdengar sesekali suara letusan senjata api , tapi kami tidaktahu pasti apakah tembakan dimaksudkan untuk mengusir gerombolan atau menembak babi hutan atau tujuan lainnya karena Kamp mereka terletak agak berjauhan; peristiwa ini terjadi pada tahun l963.

b. Suatu saat saya membuat lintasan didaerah Penajam ,saya melakukannya seorang diri karena teman lainnya sedang mengawasi pembuatan sumur uji. Pada lintasan itu saya harus menembus daerah rawa yang masih perawan dan jarang dilewati oleh penduduk setempat. Setelah lintasan dianggap cukup, saya memutuskan kembali dengan jalan melingkar. Setelah jalan cukup lama, saya kembali ke jalan yang telah saya lalui dan itu dilakukan beberapa kali. Pada waktu melakukan orientasi, saya tidak dapat menentukan dimana posisi saya berada karena situasi sekelilingnya semua serupa berupa daerah rawa yang datar ditumbuhi tetumbuhan yang lebat dan tinggi. Kemudian saya melihat kompas dan menentukan arah perjalanan untuk berusaha keluar dari daerah rawa. Setelah berjalan cukup lama dan mulai merasa kesal dan mulai putus asa, Alhamdulillaah Allah memberi petunjuk karena dari kejauhan terdengar suara klakson mobil. Dengan mengikuti dari mana arah suara tersebut, saya menembus pepohonan rawa dengan susah payah, akhirnya saya dapat keluar dari daerah rawa.

c. Pada tahun 1969 masa awal kegiatan eksplorasi nikel laterit di Sulawesi Selatan,saat itu untuk mencapai daerah Malili sarana transportasi reguler seperti sekarang belum ada ; waktu itu P.T. INCO meminta bantuan AURI untuk mengangkut personel dan barang keperluan eksplorasi dengan menggunakan pesawat Albatros yang dimiliki AURI yang dapat mendarat di permukaan air. Pada awal keterlibatan saya di P.T.INCO, saya termasuk salah satu yang akan ikut menuju Malili dengan menumpang pesawat terbang Albatros. Pada hari keberangkatan setelah semua persiapan selesai baik pesawat, barang-barang maupun penumpang, pesawatpun mulai bergerak menuju tempat untuk tinggal landas di Lapangan Terbang Makasar sekarang Hasanudin dan terbang menuju Malili. Setelah terbang beberapa waktu lamanya, pesawat terasa mengurangi ketinggiannya dan beberapa waktu kemudian mendarat di lapangan terbang bukan di atas air. Setelah kami keluar sang pilot memberi tahukan bahwa pesawat harus kembali ke Hasanudin karena mangalami gangguan mesin. Kami beruntung karena gangguan mesin tidak sampai mengganggu terbangnya pesawat. Awak pesawat menjanjikan akan membawa kami ke tempat tujuan esok harinya. Esoknya kami kembali ke Hasanudin dan memasuki pesawat; setelah semua persiapan selesai, pesawat bergerak menuju landasan pacu dan mengumpulkan keseluruhan tenaga dan kemampuannya yang terdengar dari deru mesin pesawat yang makin menguat, kemudian sedikit melemah, kondisi ini dilakukannya beberapa kali. Pada saat deru mesin pesawat dalam keadaan tinggi, pesawat mulai bergerak makin lama makin cepat dan akhirnya lepas landas dan sang burung besipun terbang membelah angkasa.
Setelah sekian lama terbang sang burung besipun terasa mengurangi ketinggiannya dan berkeliling mencari tempat pendaratan yang baik. Setelah menemukan tempat yang cocok, pilotpun mengurangi kecepatan dan menurunkan pesawatnya dan akhirnya menyentuh permukaan air di perairan Teluk Malili dan berhenti dan pesawatpun bergoyang oleh ayunan gelombang laut. Para penumpang bergegas keluar dan naik ke atas perahu yang akan membawa kami ke pantai dan sampailah kami dengan selamat di “Base Camp” P.T. INCO Malili.
d. Kalau dalam kegiatan eksplorasi nikel laterit sebelumnya saya ditugaskan untuk melalkukan eksplorasi dengan kamp yang tetap di La Pao-Pao dan La Sua-Sua untuk membuat sumur-sumur uji dan pemboran-pemboran dangkal dengan bor Winky, maka dalam periode ketiga saya ditugasi untuk membuat lintasan-lintasan dan mengambil contoh secara acak. Lintasan-lintasan dibuat di sekitar danau Matano, Mahalona dan Towuti dan diteruskan ke daerah Teluk Kolono dan daerah Wawotobi di Sulawesi Tenggara. Kegiatan ini dilakukan karena P.T. INCO ingin mengetahui secara umum kira-kira daerah mana yang perlu dipertahankan untuk penyelidikan selanjutnya. Awal kegiatan dimulai dari Malili menuju daerah D. Matano. Sebagai alat transportasi digunakan kerbau atau istilah lokalnya “pateke” Setelah berhasil membuat beberapa lintasan di sekitar D. Matano saya bergerak ke selatan menuju D. Mahalona,termasuk daerah Nuha yang terletak di utara D. Mahalona. Di pantai danau saya melihat tumbuhan anggrek yang sedang bebunga yang indah; ini membuktikan bahwa daerah itu belum banyak dikunjungi atau dilewati orang. Setelah daerah sekitar D. Mahalona selesai, lintasan diteruskan ke pantai utara D. Towuti. Dalam melakukan kegiatan ini umumnya saya lakukan seorang diri, hanya sewaktu-waktu saja ditemani oleh penduduk setempat; untuk komunikasi dengan Base Camp Malili saya dilengkapi dengan radio komunikasi SSB. Setelah lintasan di utara D.Towuti cukup, saya harus pindah ke daerah selatan D. Towuti. Untuk sampai ke daerah itu dapat dilakukan dengan berkeliling sepanjang pantai danau yang memerlukan beberapa hari perjalanan atau dengan cara menyeberangi danau dengan memakai perahu layar yang waktunya relatif lebih cepat dan santai. Untuk menyeberanginya perlu mencarter sebuah perahu layar dengan waktu tempuh belasan jam. Setelah perahu carteran diperoleh, sayapun siap-siap untuk berlayar dan pemilik perahu menyarankan agar perlayaran dimulai sekitar pukul 21.00 malam, agar perahu dapat berlayar tanpa didayung dan bergerak dengan tiupan angin sama seperti kalau berlayar di laut. Kalau berlayar di laut kita harus berbekal air tawar dari daratan, dalam perlayaran ini kita tidak perlu khawatir kekurangan air tawar, karena air tawar tersedia melimpah di kiri-kanan perahu kita tinggal menyiduknya saja. Setelah berlayar belasan jam lamanya, sampailah kami di pantai selatan danau sekitar pukul l4.00 esok harinya dan mendirikan kemah. Mulai esok harinya saya membuat lintasan selama beberapa hari di daerah selatan danau Towuti. Setelah lintasan dirasa cukup, saya diperintahkan untuk melanjutkan ke daerah Teluk Kolono di Sulawesi Tenggara. Karena daerahnya jauh, saya dipindahkan dengan menggunakan helicopter. Di daerah T. Kolono saya berhasil membuat beberapa lintasan dan setelah cukup, saya kembali diperintahkan untuk pindah ke daerah Wawotobi yang berada didaerah timur Sulawesi Tenggara. Kali ini saya tidak dipindahkan dengan helkopter, tapi harus menggunakan perahu, untuk keperluan pindahan kembali saya harus mencarter perahu sebagai alat transportasi mengelilingi semenanjung tenggara P. Sulawesi. Saya berangkat dari T.Kolono sekitar pukul 20.00 dan sampai ke-esokan harinya di daerah Wawotobi sekitar pkl. 11.00. Di daerah ini saya membuat lintasan di sekitar aliran S. Konaweha selama beberapa hari. Setelah cukup saya kembali ke Malili dengan dijemput helicopter

e. Selama melakukan lintasan-lintasan di atas, ada 2 kejadian yang cukup bisa dikatan membahayakan keselamatan saya, namun karena Tuhan melindungi saya, sayapun selamat dari ancaman yang membahayakan tersebut. Peristiwa yang terjadi adalah:
Pada suatu hari saya melakukan lintasan dan setelah kaki membawa saya berjam-jam perjalanan dan kaki sudah mulai terasa penat, saya merasa perlu untuk beristirahat sejenak dan mencari tempat yang teduh. Setelah menemukan tempat yang baik dan dianggap aman dibawah sebuah pohon yang besar, sayapun istirahat. Tidak jauh dari tempat saya beristirahat ada tumpukan kayu kering yang sudah lapuk. Setelah istirahat dirasakan cukup, saya siap untuk melanjutkan perjalanan lintasan saya dan sambil berdiri membungkuk saya membetulkan tali sepatu sambil memeriksa kiri kanan mungkin ada barang yang tertinggal, secara tidak sengaja saya melihat dibawah tumpukan kayu yang lapuk tersebut seekor ular piton besar juga sedang istirahat dilihat dari possisinya yang melingkar. Alhamdulilllaah selama istirahat saya tidak sampai membangunkan sang ular dari tidurnya; yang pasti ular itu sudah jauh lebih lama sampai ke tempat itu mungkin sudah bejam-jam bahkan berhari-hari setelah menyantap mangsanya.
f. Pada lintasan yang lain, saya harus melintasi punggungan dan lembah bukit yang bergelombang. Pada saat sampai ke salah satu punggungan, saya tiba-tiba bertemu dengan seekor anoa binatang khas Sulawesi; kami sama-sama kaget saya terhenyak dan berhenti , demikian pula sang anoapun bergerak; untungnya ia bergerak tidak kearah saya datang, tapi menyimpang menjauhi saya. Mungkin pada pikiran dan pendengarannya ada seekor anoa lain yang datang dari arah depannya dan dia berusaha menghindar.

g. Waktu membuat lintasan di sekitar pantai Sulawesi Tenggara, saya harus menggunakan sarana transportasi perahu. Untuk itu saya memerlukan orang yang mahir mendayung dan mengetahui dan mengenal daerah sekitarnya. Orang yang dipilih adalah penduduk setempat, dan setelah beberapa hari bekerja, ia mengaku bahwa dia adalah mantan anggota gerombolan Kahar Muzakar (pemimpin pemberontak di Sulawesi selatan dan tenggara) berpangkat letnan. Pada waktu masuk ke pedalaman, saya masih sering menemukan tempat bekas persembunyian mereka berupa gubug-gubug yang sudah rusak

PENGALAMAN YANG KURANG MENYENANGKAN
Waktu melakukan eksplorasi di daerah La Sua-Sua yang letaknya di daerah pantai Sulawesi Selatan , suatu hari untuk mencapai ke lokasi kegiatan supaya sampai lebih cepat dipakai lah perahu. Karena perahu yang dipakai terlalu kecil sedang orang yang perlu diangkut cukup banyak, sampai di tengah perahu oleng dan terbalik. Alhamdulillaah kami semua selamat dan dapat membalikkan kembali perahu ke posisi semula dan kegiatan hari itu dibatalkan.

CERITA YANG LUCU
Untuk program doctoral tahun 60-an,seorang mahasiswa ITB ditugaskan untuk melakukan pemetaan geologi selama 3 bulan yang dilakukan dalam 2 periode a’ 1,5 bulan. Pada awalnya daerah pemetaan saya terletak di utara Banjarnegara,namun karena di daerah yang akan saya petakan beberapa hari sebelumnya telah terjadi pembunuhan yang diduga dilakukan oleh anggota gerombolan DITII (Darul Islam, Tentara Islam Indonesia), maka saya dipindahkan ke daerah baru di Tulungagung selatan di daerah Campur Darat.
Setelah pemetaan selesai, maka untuk pengecekan lapangan Jurusan Geologi ITB meminta Drs.R.P. Kusumadinata sebagai mentor. Pengecekan lapangan dilakukan di beberapa lokasi yang mewakili sebaran satuan peta di daerah yang dipetakan. Suatu hari sampailah kami di satuan peta breksi vulkanik yang tersingkap di dinding sebuah bukit. Saya menunjukkan singkapan itu dari bawah tanpa mendatanginya, karena saya melihat singkapan itu menunjukkan indikasi telah terbakar entah disengaja atau tidak oleh penduduk setempat. Sang Mentor mungkin tidak percaya alasan yang saya kemukakan atau mungkin juga ingin memelonco saya. Beliau memerintahkan saya untuk mendatangi singkapan itu. Tentu saja untuk sampai ke singkapan itu saya harus menembus sisa pepohonan yang tidak habis terbakar; dan akibatnya baju saya tercoreng-coreng hitam oleh jelaga kayu yang terbakar, bahkan mungkin sampai ke muka saya. Lama sesudah kejadian itu, kalau Prof. Dr. R.P. Kusumadinata bertemu dengan saya selalu berujar “KABEULEUM” artinya terbakar.

No comments:

Post a Comment